Oleh
: Asy-Syaikh ‘Abdul-‘Adhim Al-Badawi
(Al-Ashalah nomor 18, 15 Muharram 1419)
(Al-Ashalah nomor 18, 15 Muharram 1419)
Dari
Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
bahwasannya beliau berkata kepada seorang laki-laki untuk menasihatinya :
إِغْتَنِمْ خَمْساًَ قًبْلَ خَمْسٍِ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَشَبَابَكَ قَبْلَ
هَرَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ
”Manfaatkanlah
lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain) : Hidupmu sebelum
matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, masa
mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu”
[HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi].
Hadits
ini merupakan nasihat yang lengkap dan sangat berharga dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam. Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah
utusan Allah yang memiliki sifat kasih dan sayang kepada umatnya, sehingga
beliau menerangkan perkara-perkara yang sangat dibutuhkan oleh mereka.
Allah
menerangkan sifat beliau dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ
مَا عَنِتّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ
رّحِيمٌ
”Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, penderitaanmu terasa
berat olehnya, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”
[QS. At-Taubah : 128].
Sesungguhnya
kaum muslimin termasuk kita sangat membutuhkan nasihat ini. Kita saksikan
hari-hari berlalu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tetapi simpanan kebaikan
kita tidak bertambah banyak. Kita masih banyak menyia-nyiakan hidup kita untuk
untuk bermain dan melakukan perbuatan sia-sia. Orang-orang banyak melewati waktu
yang sangat berharga hanya untuk menikmati musik, lagu, TV, berbagai permainan,
serta kesenangan lainnya, sekedar mengikuti nafsu syahwat.
Dengarlah
dan perhatikanlah firman Allah berikut ini :
وَأَنفِقُواْ مِن مّا رَزَقْنَاكُمْ مّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ فَيَقُولُ رَبّ لَوْلآ أَخّرْتَنِيَ إِلَىَ أَجَلٍ قَرِيبٍ
فَأَصّدّقَ وَأَكُن مّنَ الصّالِحِينَ * وَلَن يُؤَخّرَ اللّهُ نَفْساً
إِذَا جَآءَ أَجَلُهَآ وَاللّهُ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata,”Ya Rabbku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sebentar saja, sehingga aku
dapat bersedekah dan aku menjadi orang-orang shalih”. Dan Allah sekali-kali
tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
[QS. Al-Munafiquun : 10-11].
1.
Memanfaatkan hidup sebelum datang kematian
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam memberi nasihat kepada seseorang supaya
memanfaatkan hari-hari selama hidupnya sebelum matinya. Hidup merupakan nikmat
yang besar. Hari-hari dalam kehidupan merupakan kenikmatan. Karenanya setiap
kali bangun dari tidurnya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkan
:
الحَمْـدُ لِلّهِ الّذِيْ أََحْـيَانَا بَعْـدَ مَا
أََمَاتَـنَا وَإِلَيْهِ النُّـشُوْر
”Segala
puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya
kepada-Nya tempat kembali”
[HR. Bukhari].
Hal
itu disebabkan oleh karena pada hari itu seseorang berkesempatan bertaubat dan
memperbanyak perbuatan baiknya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
خيركم من طال عمره وحسن عمله
”Sebaik-baik
kalian adalah orang yang panjang usianya dan bagus amalnya”
[HR. At-Tirmidzi].
Orang
yang berusia panjang disertai dengan amal shalih, dia akan mencapai derajat yang
tinggi serta kenikmatan yang abadi. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
membedakan dua orang shahabat (yang beliau persaudarakan). Shahabat pertama
meninggal dunia, tujuh hari kemudian disusul oleh shahabat yang kedua.
Diriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Khalid As-Sulami :
أخى رسول الله صلى الله عليه وسلم بين رجلين فقتل أحدهما ومات الأخر
بعده بجمعة أو نحوها فصلينا عليه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم
ما قلتم فقلنا دعونا له و قلنا اللهم اغفرله وألحقه بصاحبه فقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم فأين صلاته بعد صلاته وصومه بعد صومه إن بينهما
كما بين السماء والأرض
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan dua orang laki-laki. Lalu salah
seorang di antara keduanya meninggal, kemudian yang satunya meninggal juga
sepekan setelah itu. Kami menshalatinya, lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Apa
yang kalian ucapkan?”. Mereka menjawab : “Kami berdoa untuknya, kami
katakan,”Ya Allah, ampunilah dia dan pertemukanlah dia dengan saudaranya”. Maka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dimana
(pahala) shalat orang ini setelah shalatnya (orang yang meninggal lebih dahulu)?
Dimana (pahala) puasa orang ini setelah puasanya (orang ini)? Jarak antara kedua
shahabat ini seperti jarak langit dan bumi” [HR. Abu Dawud dan
An-Nasa’i].
Perhatikanlah
wahai saudaraku – semoga Allah merahmati kita – bagaimana seorang yang mati di
atas ranjangnya bisa melebihi saudaranya yang mati syahid, derajatnya melampaui
derajat saudaranya hanya karena waktu satu pekan yang Allah karuniakan kepadanya
(lalu waktu itu dimanfaatkan untuk beramal shalih). Bagaimana kalau dia hidup
satu tahun lagi atau lebih ?
Marilah
kita manfaatkan hidup kita, wahai saudara-saudaraku!
Hendaknya
kita sadar, bahwa kematian itu datangnya tiba-tiba.
Kematian
itu tidak mengenal usia tertentu, dia tidak mengenal waktu-waktu tertentu dan
juga penyakit-penyakit tertentu. Hal ini bertujuan supaya manusia mewaspadainya,
menyiapkan diri untuk menemui kematian.
Wahai
hamba-hamba Allah, janganlah kalian menjadikan agama sebagai mainan!! Janganlah
kalian tertipu oleh kehidupan dunia!! Janganlah tipuan-tipuan itu membuatmu
tertipu dari Allah.
إِنّ اللّهَ عِندَهُ عِلْمُ السّاعَةِ وَيُنَزّلُ الْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنّ اللّهَ عَلَيمٌ
خَبِيرٌ
”Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dikerjakan besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya”
[QS. Luqman : 34].
Allah
sudah memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang yang sudah mati meminta
supaya mereka dikembalikan di dunia ketika mereka tahu betapa berharganya hidup.
Allah berfirman :
حَتّىَ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبّ ارْجِعُونِ *
لَعَلّيَ أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ كَلاّ إِنّهَا كَلِمَةٌ
هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىَ يَوْمِ
يُبْعَثُونَ
(Demikianlah
keadaan orang-orang itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari
mereka, dia berkata,”Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat
amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak!
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka dibangkitkan
[QS. Al-Mukminuun : 99-100].
Qatadah
rahimahullah berkata,”Demi Allah, dia tidak meminta dikembalikan agar bisa
berkumpul dengan keluarganya, tidak pula supaya bisa mengumpulkan harta atau
memenuhi nafsu syahwatnya. Akan tetapi dia meminta hidup kembali supaya bisa
berbuat taat” [Tafsir Ibnu Katsir 3/225].
Allah
berfirman :
يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ
أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَـَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ. وَأَنفِقُواْ مِن مّا رَزَقْنَاكُمْ مّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولُ رَبّ لَوْلآ أَخّرْتَنِيَ إِلَىَ أَجَلٍ
قَرِيبٍ فَأَصّدّقَ وَأَكُن مّنَ الصّالِحِينَ
”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagaian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kami;
lalu ia berkata : “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku
sebentar saja, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang shalih”
[QS. Al-Munafiquun : 9-10].
Semua
orang yang melanggar syari’at akan menyesal ketika sakaratul-maut. Mereka
meminta ditangguhkan walaupun hanya sesaat untuk mendapatkan kembali apa yang
mereka tinggalkan. Satu hal yang mustahil !! Semua yang terjadi telah berlalu,
tidak akan kembali !
Allah
berfirman :
وَأَنذِرِ النّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الّذِينَ
ظَلَمُوَاْ رَبّنَآ أَخّرْنَآ إِلَىَ أَجَلٍ قَرِيبٍ نّجِبْ دَعْوَتَكَ
وَنَتّبِعِ الرّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوَاْ أَقْسَمْتُمْ مّن قَبْلُ مَا
لَكُمْ مّن زَوَالٍ. وَسَكَنتُمْ فِي مَسَـَكِنِ الّذِينَ ظَلَمُوَاْ
أَنفُسَهُمْ وَتَبَيّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ
الأمْثَالَ
Dan
berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dhalim : “Ya Rabb kami,
beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang
singkat, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasul-rasul”.
(Kepada mereka dikatakan) : “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah
bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa, dan kamu telah berdiam di
tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan
telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami
berikan kepadamu beberapa perumpamaan”
[QS. Ibrahim : 44-45].
2.
Memanfaatkan kesehatan
3. Memanfaatkan waktu luang
3. Memanfaatkan waktu luang
Kesehatan
adalah mahkotanya orang sehat. Kesehatan tidak terlihat nilainya kecuali oleh
orang yang sakit. Demikian juga waktu luang adalah nilai yang sangat tinggi yang
tidak disadari kecuali oleh orang yang sibuk.
Diriwayatkan
oleh Al-’Allamah Syam yang bernama Jamaluddin Al-Qasimi rahimahullah. Beliau
jalan kaki bersama teman-temannya kemudian beliau melewati warung kopi. Beliau
lihat di warung itu banyak orang yang sedang bermain. Beliau diam sejenak, lalu
beliau ditanya tentang diamnya itu, kemudian beliau berkata,”Kalau seandainya
mereka menjual waktu mereka kepadaku, aku pasti akan membelinya”.
Wahai
hamba-hamba Allah, marilah kita manfaatkan kesehatan kita! Kita manfaatkan untuk
puasa, shalat malam, berjihad, beribadah ke masjid, menuntut ilmu, dan lainnya.
Marilah kita manfaatkan sebelum diuji dengan sakit. Ketika itu kita berharap
untuk bisa puasa tapi tidak mampu. Berharap bisa shalat sambil berdiri, tapi
tidak bisa berdiri. Berharap bisa berangkat menuju masjid, tapi kedua kaki tidak
kuat untuk menyangga badan. Maka kita akan menyesali hari-hari ketika kita masih
mampu melakukan semua ibadah, tapi tidak memanfaatkannya!
Hendaknya
kita isi waktu-waktu luang kita dengan amalan-amalan shalih yang berguna bagi
kita sendiri. Sebab di saat sibuk kita akan berharap bisa mempunyai waktu luang
untuk membaca buku dan menghadiri pengajian, tapi tidak mendapatkan waktu itu.
Kita pun akan menyesali waktu-waktu yang telah tersia-siakan.
Ketahuilah
wahai hamba-hamba Allah, jika kita sudah memanfaatkan waktu sehat dan waktu
luang untuk taat kepada Allah, lalu kita sakit atau melakukan perjalanan jauh,
maka akan dituliskan buat kita pahala seperti pahala amalan yang dilakukan
ketika sehat dan luang. Sebagaimana telah dijelaskan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dalam sabdanya :
إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما
صحيحا
”Apabila
seorang hamba sakit atau dalam perjalanan, maka dituliskan baginya pahala
seperti apa yang ia lakukan ketika ia sehat dan tidak melakukan
perjalanan”
[HR. Bukhari].
Akan
tetapi kebanyakan manusia melalaikan hal itu. Oleh karenanya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
نعمتان مغبون فـيهما كثير من الناس : الصحة
والفراغ
”Ada
dua nikmat dimana banyak orang yang rugi (atas kedua nikmat itu), yaitu nikmat
sehat dan waktu luang”
[HR. Bukhari].
Kata
Maghbuun
(مغبون) dalam hadits di atas pada dasarnya terjadi pada jual beli.
Dengan ini Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ingin menjelaskan bahwa orang rugi
secara hakiki adalah orang sehat dan memiliki waktu luang lalu tidak bisa
memanfaatkan keduanya. Ibaratnya orang memiliki permata yang sangat mahal lalu
ditukar dengan kotoran hewan yang tidak berharga.
Ibnu
Baththal rahimahullah berkata,”Maksud hadits ini adalah seseorang tidak akan
memiliki waktu senggang sampai ia berkecukupan secara ekonomi serta berbadan
sehat. Barangsiapa yang memperoleh hal tersebut (berkecukupan dan berbadan
sehat) maka hendaklah ia bertekad agar tidak rugi dengan cara mensyukuri nikmat
yang Allah berikan kepadanya. Di antara syukur kepada-Nya adalah dengan mentaati
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa
meremehkan hal ini, dialah orang yang rugi”.
Ibnul-Jauzi
rahimahullah berkata,”Terkadang ada orang yang memiliki badan sehat namun tidak
memiliki waktu luang disebabkan oleh pekerjaannya. Terkadang juga ada orang yang
kaya tetapi dia sakit. Jika ada orang yang memiliki kedua hal tersebut, lalu dia
malas untuk berbuat taat, maka dialah orang yang rugi”.
Untuk
lebih jelasnya, dunia ini adalah ladang, di sana ada perniagaan yang
keberuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luang dan
waktu sehatnya untuk berbuat taat kepada Allah, maka dia adalah orang yang
berbahagia. Barangsiapa yang menggunakannya untuk berbuat maksiat maka dialah
orang yang rugi. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan dan sehat akan
diiringi oleh sakit.
Ath-Thiibi
rahimahullah mengatakan,”Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membuat permisalan
bagi mukallaf (orang yang telah dibebani beban syari’at) dengan seorang pedagang
yang punya modal. Pedagang ingin mencari untung dengan tetap menjaga keutuhan
modalnya. Caranya adalah dengan memilih orang untuk dimodali dan dia harus jujur
dan benar supaya tidak rugi. Kesehatan dan waktu luang adalah modal. Maka
semestinya seorang hamba mengisinya dengan keimanan dan memerangi hawa nafsu dan
setan, supaya meraih keuntungan di dunia dan akhirat. Janganlah dia mentaati
hawa nafsu dan setan agar modal dan keuntungannya tidak hilang sia-sia.
Kehilangan modal dan keuntungan adalah kerugian yang besar”.
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya di awal bab Ar-Riqaaq,
kemudian diiringi dengan hadits Anas dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,
beliau bersabda :
اللهم لا عيش إلا عيش الأخرة
”Ya
Allah, tidak ada kehidupan (hakiki) kecuali kehidupan akhirat”
[HR. Bukhari dan Muslim].
Ibnul-Munayyir
rahimahullah berkata,”Hubungan maksud hadits yang diriwayatkan Anas
radliyallaahu ‘anhu dengan hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma adalah
banyak orang tertipu dengan kesehatan dan waktu luang, karena mereka lebih
mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam ingin menunjukkan bahwa kehidupan yang mereka
geluti tidak ada artinya sedikitpun, sedangkan kehidupan yang mereka tinggalkan,
itulah kehidupan yang sebenarnya. Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka
dialah orang yang rugi”.
Oleh
karena itu As-Salafush-Shalih lebih tamak terhadap waktu dibandingkan kita. Di
antara kita ada yang tidak tahu bagaimana memanfaatkan waktunya, bagaimana
mengisi waktu luangnya? Kita terkadang mendengar dua orang yang berkata kepada
temannya : “Ayo kita habiskan waktu, atau menghilangkan waktu”. Sementara pada
salaf sangat tamak pada menit, bahkan detik waktu. Kita lihat mereka saling
menasihatkan hal itu.
Inilah
dia Ibnul-Jauzi rahimahullah yang berkata kepada putranya,”Wahai anakku,
barangsiapa yang mengucapkan subhaanallaahi wabihamdihi maka ditanamkan untuknya
satu pohon kurma di surga. Perhatikanlah, orang-orang yang menyia-nyiakan
waktunya, alangkah banyaknya pohon kurma yang disia-siakan”.
Diriwayatkan
dari sebagian Salaf, jika dikatakan kepadanya : “Berhentilah, saya ingin
berbicara dengan Anda”; maka dia menjawab : “Tahanlah (jalannya) matahari”.
Sebagian
ulama salaf jika mereka didatangi tamu, maka dia akan memuliakan tamunya itu dan
menjamunya dengan sebaik-baiknya. Jika para tamunya itu berlama-lama di sana,
maka dia akan mengatakan : “Tidakkah kalian segera pulang?”.
4.
Memanfaatkan masa muda
Masa
muda adalah masa untuk berkarya dan masa berjihad. Masa muda merupakan masa yang
sangat berharga seumur hidup. Barangsiapa yang memanfaatkan untuk dirinya, dia
akan beruntung dan selamat. Dia juga akan berada di bawah naungan Allah ketika
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
Barangsiapa
menyia-nyiakan masa muda dalam hawa nafsu dan berfoya-foya, maka dia rugi. Jika
dia mati mendadak, niscaya dia akan sangat menyesal. Dan jika dia hidup sampai
tua, dia juga akan menyesal. Karena jika ia mati, amalnya terputus dan jika ia
sudah tua, badannya bungkuk, kakinya lemah, pendengaran dan penglihatannya
berkurang, dan dia tidak mampu beramal shalih sebagaimana yang diinginkan.
Benarlah
perkataan orang :
ألا ليت الشباب يعود يوما
فأخبره بما فعل المشيب
فأخبره بما فعل المشيب
Seandainya
masa muda itu kembali sehari saja..........
Saya akan beritahukan penyesalan orang yang sudah tua..........
Saya akan beritahukan penyesalan orang yang sudah tua..........
Wahai
para pemuda, manfaatkanlah siangmu untuk puasa, malammu untuk shalat, langkahmu
untuk pergi ke masjid. Janganlah engkau jadikan waktu siangmu untuk bermain.
Jangan
jadikan bergadangmu untuk sesuatu yang tidak berharga.
Dan
jangan jadikan langkahmu untuk mendurhakai Allah.
Jika
engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu sore. Jika engkau
berada di waktu sore, janganlah menunda sampai hari esok. Gunakan waktu sehatmu
untuk mencari bekal di waktu sakit, dan hidupmu untuk mencari bekal di waktu
sesudah mati.
5. Memanfaatkan kekayaan
Kekayaan
termasuk nikmat Allah. Orang yang diberi kekayaan wajib menyadari karunia Allah
kepadanya dan wajib menyadari rahasia karunia ini. Nabi Sulaiman ‘alaihis-salam
telah menjelaskan rahasia nikmat kekayaan dalam ucapan beliau sesudah melihat
singgasana Bilqis berada di hadapan beliau. Beliau berkata :
هَـَذَا مِن فَضْلِ رَبّي لِيَبْلُوَنِيَ أَأَشْكُرُ أَمْ
أَكْفُرُ
”Ini
termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah
kufur?”
[QS. An-Naml : 40].
Oleh
karena itu seorang hamba wajib memanfaatkan masa kayanya, menginfakkan sebagian
harta yang Allah berikan. Hendaklah dia betul-betul menghindari sifat bakhil dan
sifat menahan karunia Allah. Allah telah berfirman :
وَلاَ يَحْسَبَنّ الّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ آتَاهُمُ اللّهُ مِن
فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لّهُمْ بَلْ هُوَ شَرّ لّهُمْ سَيُطَوّقُونَ مَا
بَخِلُواْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَللّهِ مِيرَاثُ السّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
”Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
[QS. Aali Imran : 180].
Dan
masih banyak lagi ayat dan hadits yang mengancam orang-orang yang bakhil.
Kiranya satu ayat di atas sudah cukup untuk mendorong kita untuk memanfaatkan
harta yang Allah amanahkan kepada kita.
Inilah
di antara nasihat-nasihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada
ummatnya. Nasihat yang sangat berharga. Barangsiapa yang ingin selamat serta
beruntung dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka hendaklah ia mendengarkan dan
berusaha melaksanakan nasihat beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan
orang yang enggan untuk mengikuti nasihat beliau, maka itulah orang-orang yang
sesat dan merugi.
Mudah-mudahan
Allah senantiasa membantu kita dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya melalui
tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Ditulis
ulang oleh : Abu Al-Jauzaa’ 1427
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
kami menunggu komentar anda